Kamis, 30 Mei 2013

Biografi Martha Christina Tiahahu













Lahir : Nusa Laut, Maluku 4 Januari 1800
Wafat : Laut Maluku, 2 Januari 1818
Makam : Laut Maluku

Martha Christina Tiahahu Biografi Lengkap Martha Christina Tiahahu - Martha Christina Tiahahu lahir di Nusa Laut, Maluku, 4 Januari 1800  adalah seorang gadis dari Desa Abubu di Pulau Nusalaut yang mengangkat senjata melawan penjajah Belanda berumur 17 tahun. Ayahnya adalah Kapitan Paulus Tiahahu, seorang kapitan dari negeri Abubu yang juga pembantu Thomas Matulessy dalam perang Pattimura tahun 1817 melawan Belanda.  Martha Christina tercatat sebagai seorang pejuang kemerdekaan yang unik yaitu seorang puteri remaja yang langsung terjun dalam medan pertempuran melawan tentara kolonial Belanda dalam perang Pattimura tahun 1817. Ia bukan saja mengangkat senjata, tetapi juga memberi semangat kepada kaum wanita di negeri-negeri agar ikut membantu kaum pria di setiap medan pertempuran sehingga Belanda kewalahan menghadapi kaum wanita yang ikut berjuang. Di dalam pertempuran yang sengit di Desa Ouw – Ullath jasirah Tenggara Pulau Saparua yang nampak betapa hebat srikandi ini menggempur musuh bersama para pejuang rakyat. Namun akhirnya karena tidak seimbang dalam persenjataan, tipu daya musuh dan pengkhianatan, para tokoh pejuang dapat ditangkap dan menjalani hukuman. Ada yang harus mati digantung dan ada yang dibuang ke Pulau Jawa. Kapitan Paulus Tiahahu divonis hukum mati tembak. Martha Christina berjuang untuk melepaskan ayahnya dari hukuman mati, namun ia tidak berdaya dan meneruskan bergerilyanya di hutan, tetapi akhirnya tertangkap dan diasingkan ke Pulau Jawa. Di atas kapal Evertzen , Christina jatuh sakit. Namun ia menolak diberi makan dan diobati oleh Belanda, sehingga ia meninggal dalam perjalanan pada tanggal 2 Januari 1818 tepatnya di laut Banda, Maluku pada usia 17 tahun. Jenazahnya kemudian diturunkan ke Laut Banda tersebut. Untuk menghormati jasa-jasanya  berdasarkan SK Presiden RI No. 012/TK/1969 tanggal 20 Mei 1969, Christina Martha Tiahahu dianugerahi gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Sedangkan di Kota Ambon didirikan patung Martha terbuat dari perunggu di kawasan Karang Panjang, serta patung yang sama didirikan di Desanya Abubu. Konon waktu pendirian patung ini sangat susah diletakkan karena kurang keseimbangan. Telah dicoba beberapa kali ternyata tidak dapat berdiri dengan baik. Patung baru dapat berdiri dengan posisi seimbang ketika menghadap Laut Banda, tempat dimana Jenasah Martha Christina Tiahahu dibuang ke laut. Patung Martha Christina Tiahahu terletak di Karang Panjang, daerah bukit yang terlihat jelas dari Kota Ambon.  Dari Patung Martha Christina Tiahahu dapat dilihat secara langsung pemandangan Kota Ambon dan lebih indah bila dinikmati pada malam hari. Lokasi ini biasa dijadikan tempat alternatif untuk menikmati suasana santai, terutama para muda-mudi yang ingin menikmati pemandangan Kota Ambon

Baca selengkapnya di : 
sumber

Christina Martha Tiahahu adalah putrid dalri pemimpin perlawanan rakyat Maluku, yakni Kapitan Paulus Tiahahu. Sejalan dengan semakin meluasnya perlawanan yang dilakukan oleh Kapitan Pattimura di Saparua, penduduk di Nusa Laut semakin juga gigih berjuang untuk melawan penindasan dari Belanda.
Christina Martha Tiahahu yang pada saat itu masih sangat muda, juga telah ikut berperang untuk mendampingi ayahnya, untuk mengobarkan perlawanan rakyat Maluku khususunya di daerah Nusa Laut.
Mereka bahkan ikut bersama-sama menguasai Benteng Beverwijk.
Belanda lalu menugaskan perwira angkatan Lautnya untuk pergi ke Nusa Luat untuk memerang pejuang-pejuang disana. Perlawanan rakyat Nusa Laut akhirnya dapat dipatahkan dan Benteng Beverwijk akhirnya berhasil direbut kembali oleh Belanda pada tanggal 10 November 1817.

Christina dan ayahnya akhidnya dapat ditangkap oleh belanda. Mereka kemudian diadili dan djatuhi hukuman. Paulus Tiahahu dijatuhi hukuman tembak mati sedangkan Chrsitina dibebaskan karena belum cukup Umur.

Paulus Tiahahu mengajak putrinya untuk menyasikan hukuman mati yang akan dijalaninya dan Christina Martha Tiahahu dengan tegarr menyaksikan hukuman mati ayahnya.

Sebulan setelah dibebaskan Chrsitina kembali memberontak namun sayangnya ia ditangkap lagi bersama dengan 39 pemberontak lainnya.

Lalu Mereka mendapat hukuman dibuang ke Pulau Jawa dan diangkut dengan Kapal Evertzen.
Diatas kapal, Christina tetap melawan belanda dengan jalan tidak menerima makanaan dari Belanda sehingga ia jatuh sakit dan meninggal di kapal dalam perjalanan menuju Pulau Jawa.
Ia akhirnya dimakamkan di Laut Maluku Jenazahnya diturunkan ke laut.

Pemerintah mengenang jasa-jasa Christina Martha Tiahahu sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Ri No 012/TK/1969

Sumber: http://id.shvoong.com/humanities/history/2146915-biografi-christina-martha-tiahahu/#ixzz2UcsAEQyo

Perempuan pada masa prakemerdekaan kerap dipersamakan dengan dapur dan mengurus anak.
Namun, Martha Christina Tiahahu, perempuan pejuang Maluku, membuktikan bahwa tidak selamanya kaum wanita hanya bisa bekerja di dapur dan mengurus anak.
Ia adalah sedikit dari perempuan Indonesia yang dalam hidupnya berperan sejajar dengan kaum pria, bahkan dalam urusan membela bangsa dan negara.
Martha Christina Tiahahu, lahir pada 1800, di suatu desa bernama Abubu di Pulau Nusalaut, Kabupaten Maluku Tengah. Ia lahir dari keluarga Tiahahu dari kelompok Soa Uluputi.
Soa dalam bahasa Maluku berarti 'kelompok yang membagi masyarakat berdasarkan marganya sebagai identitas asal-usul keluarga'.
Martha adalah wanita pemberani yang mengangkat tombak untuk melawan Belanda.
Seperti yang dituturkan oleh ahli warisnya, Merry Lekahena (58), berdasarkan kisah turun-temurun yang diceritakan oleh orangtuanya, Martha dibesarkan oleh ayahnya yang merupakan seorang pemimpin perang karena ibunya meninggal saat ia masih belia.
Martha kecil terkenal berkemauan keras dan pemberani. Ia selalu mengikuti ke mana pun ayahnya pergi, termasuk menghadiri rapat perencanaan perang, sehingga dirinya terbiasa turut mengatur pertempuran dan membuat kubu-kubu pertahanan.
"Kemampuan, sikap keras kepala, dan tekad yang kuat yang membuatnya sejajar dengan laki-laki. Ia bahkan tidak mau meminta pengampunan Belanda terhadap ayahnya meskipun ia sedih sekali," kata Lekahena.
Martha Chistina dan ayahnya, Paulus Tiahahu, bersama-sama dengan Thomas Matulessy alias Kapitan Pattimura berhasil menggempur kependudukan tentara kolonial yang bercokol di Pulau Saparua, Kabupaten Maluku Tengah.
"Mereka berhasil membumihanguskan Benteng Duurstede," ujar Lekahena menjelaskan.
Namun, dalam pertempuran sengit di Desa Ouw-Ullath, sebelah Tenggara Pulau Saparua pasukan rakyat kalah akibat ketidak seimbangan persenjataan, tipu muslihat penjajah dan adanya penghianatan.
Banyak pejuang yang ditawan dan harus menjalani berbagai hukuman, salah satunya adalah ayahandanya yang dihukum tembak mati.
Meski demikian, Martha Christina terus bergerilya bersama tentara rakyat yang tersisa dan akhirnya ia pun tertangkap dan diasingkan ke Pulau Jawa.
Menjadi tawanan tidak membuatnya jera, ia tetap bersikap keras kepala dengan melakukan aksi mogokmakan dan jatuh sakit.
Martha Christina menemui ajalnya di atas kapal perang Eversten milik Belanda dan jasadnya diluncurkan di Laut Banda dengan penghormatan militer pada 2 Januari 1818.
Pahlawan Nasional
Kendati berjuang menggempur musuh bersama pasukan ayahnya, Martha Christina yang memulai perang pertamanya ketika berusia 17 tahun dan hanya mengandalkan sebatang tombak itu tetap bergaya layaknya perempuan dengan rambut terurai serta ikat kepala berwarna merah.
Tidak hanya gagah berani, Srikandi Maluku itu juga memberi semangat kepada para wanita di sejumlah desa di Maluku agar ikut angkat senjata bersama kaum pria melawan kependudukan tentara kolonial.
Untuk menghargai jasa-jasa dan pengorbanannya, oleh Pemerintah Republik Indonesia, Martha Christina Tiahahu dikukuhkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional dan tanggal 2 Januari menjadi Hari Martha Christina.
Monumennya pun dibangun menghadap ke laut Banda di desa kelahirannya yang diresmikan oleh Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu pada 2 Januari 2008 dalam peringatan Hari Martha Christina yang ke-190 tahun.
Sedangkan di Ambon, monumen Martha Christina tegar berdiri dengan sebatang tombak di tangan Bukit Karang Panjang menghadap ke Teluk Ambon, seakan-akan menyiratkan tekadnya menjaga keutuhan Maluku sebagai daerah kaya berbagai potensi sumber daya alam sebagai bagian kekuatan masa depan untuk kesejahteraan masyarakat.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam Sukses